Minggu, 27 Maret 2011

REUNI SMA




Hari minggu 13 maret. Cuaca pagi ini sungguh cerah menembus kaca jendela adi yang membuat matanya terbeliak dan syaraf syarafnya mulai sakit karena baru membuka kelopak matanya lebar-lebar, di sambarnya blackberry bold miliknya karena sejak tadi hpnya berdering mengusik telinga.
“hallo, ini dengan siapa?” tanya adi.
“hi, adi. Aku rina teman Sma kamu !” jawab si penelpon.
“ada apa, rin? Kok masih pagi-pagi udah nelpon?” tanya adi lagi.
“aku Cuma mau ngingetin kamu, di. Kalau kita ngadain acara reunian gitu. Kamu mau ikut atau ngga?”
“gimana ya, rin. Kayaknya nggak bisa deh. Soalnya aku malas benget hari ini!” seru adi.
“kok gitu sih, padahal hari ini adel mau balik dari amerika lho dan dia udah janji mau datang direunian itu.” Jelas rina.
“adel, mau balik ke indonesia? Yang benar rin?”
“benar, di. Tadi pagi aku lihat di Tweetnya kalau dia udah mau balik ke indonesia.” Jawab rina.
“kalau gitu, aku jadi deh ikut reuniannya.” Jawab adi sambil tersenyum sendiri.
“eh kok, jadi berubah pikiran sih? Atau jangan-jangan waktu SMA kamu ada rasa ya sama dia? Ayo, ngaku.”
“iya, sebenarnya sudah sejak SMA aku naksir sama dia, tapi kamu taukan dulu adel punya pacar. Jadinya aku pendam perasaan ini.” Jujur adi.
“tapi, kalau boleh tahu saat perpisahan kita dulu, aku sempat ngeliat kamu di taman sekolah berdua dengan adel. Dan nampaknya kalian sangat serius.  Memang apa sih, yang kalian bicarakan?” tanya adel menyelidik.
“oh, yang itu. Entar aja deh aku ceritain itu sama kamu. Yang penting hari ini aku bahagia banget dan entar aku jemput kamu ya!” kata adi mengakhiri pembicaraan.


Tepat pukul 10.00. adi bersiap-siap dengan memakai setelan jas hitam yang dipadukan dnegan kemeja putih. Adi terlihat gagah. Pagi ini adi benar-benar bahagia. Menurutnya, jiodohnya sudah di depan mata karena dia akan segera bertemu  dengan adel pujaan hatinya. Dengan kecepatan 120 km/jam adi memacu mobilnya menuju rumah rina.
“hai, rin. Wah kamu cantik banget hari ini!” seru adi saat melihat penampilan rina.
“kamu juga, di. Tampan benget hari ini. Biasanya kalau kamu jalan kamu nggak pernah deh, dandan segagah ini, beda banget dari Adi yang ku kenal.” Jelas rina yang terpukai melihat penampilan adi.
“oh iya, rin. Kamu mau lewat jalan mana?” tanya adi saat mereka sudah berada di dalam mobil adi.
“terserah kamu yang punya mobil kan kamu! Kalau aku sih yang penting ngga macet.” Jawab rina yang memasang seatbell mobil adi.
“oke, kita lewat jalan sudirman aja yah!” jawab adi yang mulai memacu kendaraannya menembus jalan raya.
“oh ya, di. Bagaimana pertanyaan aku yang di telepon tadi, soal kamu dan adel?” tanya rina.
“itu (adi mulai mengingat kembali memorinya dan bercerita kepada rina) sebenarnya saat itu aku ceritain semua isi hatiku sama adel, sebelum adel kuliah di amrik, dan ternyata adel juga membalas perasaanku. Kamu ingin tahu kenapa aku semangat ingin ketemu adel?  karena saat itu adel janji kalau saat kami bertemu lagi dan aku belum punya kekasih maka adel akan memilih aku untuk menjadi kekasihnya.” Jelas adi.
“oh gitu ceritanya. Pantasan aja aku nggak pernah ngeliat kamu jalan ama cewek. Syukur deh. Berarti teman ku yang satu ini ngga lama lagi akan bertemu dengan belahan jiwanya. Selamat ya di!” ucap rina tulus.
Setengah perjalanan lagi mereka hampir tiba. Namun karena macet mobil adi harus berhenti di sepanjag jalan sudirman dan itu membuat adi dan rina terlamabat menuju tempat yang mereka tuju.
 “di depan ada apa sih? Kok mavcet begini?” tanya adi yang mulai kesal karna macet yang tak kunjung  berhenti.
“sabar dong, di. Mungkin bentar lagi juga udah jalan.” Jawab rina menenagkan sahabatnya itu.
“tapi, rin. Lihat kita sudah terlambat dari jadwal yang seharusnya. Aku sudah ngga sabar ketemu sama adel. Bagaimana kalau kita putar balik aja?” tanya adi pada rina.
“ngga bisa, di. Gimana mau putar coba, di belakang aja penih mobil. Apalagi ini juga udah mau sampai.” Terang rina.
“wah, pantasan aja jalannya macet, lihat tuh, rin. Mobilnya aja sampai kebalik gitu. Pasti pengendaranya meninggal deh” kata adi menunjuk ke arah mobil mercy berwarna hitam.

Akhirnya adi dan rina sampai juga di tempat tujuan  setelah melewati kemacetan yang begitu panjang. Mereka bertemu dengan teman SMA mereka sambil bercanda mengeluarkan semua pengalaman yang mereka pernah alami.
“oh iya, rin. Aku ke sana ya, mau ketemu sama teman yang lain. Kalau kamu ketemu adel sms aku ya.” Kata adi yang berjalan menghampiri segerombolan pemuda dan meninggalkan rina sendirian.
“kamu lihat adel, ngga?” tanya adi saat dia sudah berhadapan dengan pemuda itu, ditangannya kini sudah ada segelah jus jeruk.
“nggak tuh, di. Kayaknya belum datang deh.” Jawab pemuda itu.
Adi beserta temannya begitu senang dengan reunian ini apalagi menginagat kenangan mereka saat masih SMA dulu, saaat dihukum guru berdiri di depan kelas dan menjewer telinga semdiri. Bagi adi itu adalah saat saat yang menyenangkan. Saking asyiknya bercanda mereka tidak sadar jika ada seseorang yang menghampiri mereka dengan langkah cepat.
“adi, adi. Ada yang mau aku katakan padamu?” kata rina yang berjalan atau mungkin berlari ke arah adi.
“ ada apa, rin? Mendingan kamu tarik nafas dulu deh, baru cerita!” seru adi.
“ adel, di. Adel.” Seru rina.
DEG
“adel, ada apa dengan adel, apa yang terjadi? Adel sudah datang?”
“tidak, di. Adel tidak akan pernah datang.”
“apa maksudmu, rin?”
“adel meninggal, di” kata rina meneteskan air mata.
“apa, adel meninggal, tidak mungkin, kamu bohong, kan? Jangan bercanda deh!” kata adi dengan wajah yang syok.
“aku ngga bercanda. Mamanya adel telpon aku, terus katanya adel meninggal saat perjalanan kemari, tepatnya di jalan sudirman.” Jawab rina dengan air mata yang semakin deras mengalir dari kelopak matanya.
“ja..jadi mobil yang terbalik itu, mobil adel?” tanya adi yang masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
“iya, di. Katanya adel memacu mobilnya sangat kencang dan tidak sadar bahwa ada sebuah truk yang melintas di depannya, saat akan menghindar adel malah tertabrak mobil yang lain.” Jelas rina.
Saat itu juga, pandangan adi mengabur, wajahnya pucat hingga tak sadarkan diri. Adi tidak percaya bahwa perpisahannya dengan adel dulu benar-benar pertemuan terakhir mereka. Bahkan adi belum sempat mendengar apakah adel menerima dirinya yang telah setia menunggunya selama ini.

Cinta yang ada di depan mata belum tentu cinta yang sebenarnya…